MAMAKU HEBAT!

Pagi ini, temanku yang bernama Nino kembali membuatku kesal.

“Aku senang sekali! Mama membawakanku makanan yang enak. Nih lihat, ada nugget sama sosis!” ujarnya dengan riang.

.

Sebenarnya dia tidak apa-apa senang dengan bekal yang dibawakan mamanya, tapi, ugh! Muka sombongnya itu yang membuatku kesal melihatnya. Terkadang aku juga merasa sedih dengan diriku sendiri melihat kalau mamanya Nino punya banyak sekali waktu untuk mengurusnya. Sementara mamaku selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.

Halo, namaku Aldo. Aku bersekolah di sebuah SD cukup dekat dengan rumah dan sekarang sedang duduk di kelas 4. Aku memiliki seorang kakak perempuan yang sudah masuk ke sekolah menengah pertama. Kedua orang tuaku bekerja. Papa bekerja sebagai tentara, sementara mama bekerja sebagai aktivis, kata kakakku.  Kakakku mengatakan kalau aktivis adalah salah satu pekerjaan mulia seperti dokter dan guru. Aku tidak begitu mengerti apa itu aktivis, tapi yang aku tahu adalah pekerjaan mama membuatnya pergi ke mana-mana.

Mama yang sangat siuk dengan pekerjaannya hampir tidak memiliki waktu untuk mengurusku. Aku juga ingin diperlakuakan oleh mama seperti cerita teman-temanku. Membangunkanku di pagi hari, membuatkanku sarapan dan bekal untuk di sekolah, menjemputku sewaktu pulang sekolah, dan bahkan menemaniku tidur. Aku hanya bertemu mama sangat sebentar dalam sehari, mama pergi sangat pagi dan pulang sangat larut. Mama hanya memiliki waktu luang di saat akhir pekan atau liburan. Ah, aku tidak senang memiliki mama yang bekerja!

.

“Aldo, mengapa mukamu cemberut begitu?” Tanya kakak sewaktu pulang sekolah.

“Tidak apa-apa, kak. Aku cuma sedang kesal saja hari ini,” jawabku.

Mind to tell me what happened in your school today?” Tanyanya kembali.

“Ah, kakak! Jangan pakai bahasa Inggris dong, aku kan belum begitu paham,” sungutku.

Kakak hanya tertawa mendengar jawabanku, “Itu tandanya kamu harus lebih serius lagi belajarnya. Kamu ingin membicarakan kejadianmu di sekolah apa tidak?” Dia mengetukkan jarinya di dahiku.

“Jadi tadi Nino pamer bekal makan siangnya lagi.”

“Terus?” Kakak bertanya dengan penuh minat.

“Terus… terus aku sebal melihatnya. Mengapa dia harus terus-terusan memamerkan bekalnya? Aku tahu mamanya punya banyak waktu dibandingkan dengan mama kita….” Ups, aku keceplosan berbicara.

Sepertinya kakak tahu apa permasalahanku, soalnya dia tersenyum lebar dan teduh. Aduh, apa yang harus aku lakukan?

“Ah, jadi itu masalahnya? Aldo, sini deh.” Kakak menuntunku ke meja komputer di rumah dan membuka Youtube.

“Kamu penasaran kan mengapa mama selalu sibuk dengan pekerjaannya?” Tanya kakak. Aku mengangguk, tentu saja aku penasaran.

Kakak kemudian memperlihatkan sebuah video yang diberi judul ‘an unwanted child’. Video itu menceritakan banyaknya anak-anak yang diaborsi –aku tidak begitu mengerti apa itu aborsi, tapi aku pernah baca di sebuah buku kalau aborsi itu membunuh bayi yang ada di dalam kandungan ibu –dan dibuang oleh kedua orang tuanya. Lalu ada gerakan untuk menyelamatkan anak-anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya.

“Bayangin deh kalau Aldo ditelantarkan sama mama dan papa, gimana perasaan Aldo?” Tanya kakak.

“Aldo gak tau bisa hidup apa nggak kalau nggak ada mama dan papa. Aldo juga pasti tidak bisa ke sekolah, belajar, dan main-main sama temen-temen. Aldo gak bisa nonton TV, main bola, sama main game apalagi baca buku. Terus Aldo merasa kesepian karena gak dicintai sama mama, papa, dan kakak. Aldo gak berani bayanginnya,” ucapku dengan sedih membayangkan betapa sengsaranya mereka.

“Nah. Aldo gak berani, kan bayanginnya. Tapi mereka menghadapi kenyataan yang mungkin lebih buruk dari bayangan Aldo. Kasihan kan mereka harus cari makan sendiri sedari kecil, harus ada orang dewasa yang peduli untuk merawat mereka,” ucap kakak panjang lebar.

“Lalu.. apa hubungan mama?”

“Mama berusaha untuk mencari dan menyediakan tempat yang layak untuk mereka, Aldo. Mama pergi bekerja agar mereka yang terlantar dan tidak dicintai oleh kedua orang tuanya mendapat kehidupan dan kasih sayang yang cukup dari banyak orang. Keren kan pekerjaan mama?” Kata kakak dengan semangat.

Tiba-tiba rasa bangga memenuhi hatiku. Mamaku memang tidak seperti mama teman-temanku yang selalu ada untuk mereka, tapi mamaku selalu berusaha untuk ada bagi teman-teman yang hidupnya sulit dan sengsara karena tidak mendapat kasih sayang dari orang tua mereka. Mamaku adalah wanita yang hebat.

“Wah, kok tumben kakak sama adik serius sekali berbicaranya sampai mama pulang tidak ada yang menyambut?” Sahut mama yang berdiri di belakangku.

Aku langsung saja menerjang dan memeluk mama.

“Aku bangga punya mama yang hebat!”  Aku yakin mama pasti bingung dengan ucapanku.